Minggu, 22 April 2012

wanita dan politik

Hadirnya politik dan kekuasaan di kehidupan manusia bersamaan juga dengan eksistensi manusia itu sendiri sebagai khalifah d muka bumi ini. Dua hal tersebut tak lepas dari yang HAQ dan yang BATIL. Semuanya berusaha untuk saling mengungguli satu sama lain. Oleh karena itu politik merupakan unsur penting dalam perseteruan ini.
Islam sebagai agama yang sempurna dan menjadi pedoman telah menentukan dan menetapkan batasan-batasan dan aturan-aturan untuk pemeluknya yang ingin berkecimpung dalam dunia politik. Selain itu islam tidak membebani umatnya dengan sesuatu yang tak mampu dipikul dan memberatkanya. Namun islam telah siap dalam menyikapi segala problematika yang akan terjadi antara laki-laki dan perempuan dengan solusi yang realistis dan sesuai dengan tabiat ataupun kodrat masing individu tersebut.

Dalam hal ini wanita mempunyai aturan-aturan ataupun hukum tersendiri yang berbeda dengan laki-laki dalam arena politik. Bukan bermaksud untuk mendiskreditkan hak wanita ataupun merendahkan martabatnya. Melainkan untuk membenarkan ataupun meluruskan syariat yang telah ditentukan untuk kehidupan wanita itu sendiri.
Dalam sebuah penelitian seorang peneliti barat, yang kalau tidak salah namanya Dr Alex K menyatakan bahwa ”wanita dan laki-laki memiliki banyak perbedaan tidak hanya pada postur ataupun anatomi tubuhnya saja melainkan komponen kimia penyusun tubuhnya pun memiliki perbedaan yang telah diatur oleh allah sedemikian rupa”. Dan hal itu mengakibatkan perbedaan, baik dari segi biologis maupun psikis di antara keduanya. Karena itu sangatlah salah ketika menempatkan mereka ataupun memberikan mereka tanggung jawab yang sama dalam hal tertentu. Dari pendapat ini saja sudah terlihat betapa lemahnya pendapat yang menyatakan wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam hal apapun. Sebuah paham feminisme yang diusung oleh pemuka-pemuka barat yang secara jelas menjadikan islam bukan sebagai aqidah mereka. Yang lebih disayangkan lagi ketika pemuka islam itu sendiri menyetujui dan mendukung konspirasi-konspirasi yahudi yang pada dasarnya akan menghancurkan islam dari dalam. Padahal secara terang-terangan konspirasi tersebut sudah dapat terlihat bagi mereka yeng peka terhadap problematika umat. Dalam sebuah ayat di kitab Al-Qur’an, Allah menyatakan bahwa ”laki-laki adalah pemimpin (pelindung) bagi perempuan”(QS Al-Nisa: 43). Dan sebuah potongan hadist sahih menyatakan bahwa ”tidak akan sukses suatu bangsa yang mengangkat perempuan sebagai pemimpin mereka”. Hal ini dikarenakan menjadi pemimpin untuk sebuah bangsa atau negara tidaklah mudah. Karena Pemimpin mempunyai beberapa tugas, diantaranya :
1. memimpin pasukan ketika peperangan
2. mengadakan perjanjian perdamaian jika hal tersebut diperlukan
3. memberikan khutbah jumat
4. menjadi imam sholat lima waktu dan banyak hal lain yang sangat berat jika harus di tanggung wanita. Selain itu dalam hal menikah wanita tidak bisa melakukan sendiri, ia butuh wali untuk menikahkanya. Berbeda halnya dengan laki-laki yang tidak membutuhkan wali dalam pernikahanya. Secara akal sehat, seseorang yang tidak bisa menguasai dirinya sendiri dalam hal menikah yang notabenenya hanya melibatkan segelintir orang, bagaimana mungkin akan memimpin ribuan orang yang berkumpul dalam satu kesatuan yang disebut negara.
Selain itu dalam hal sholat, seorang wanita tidak dapat menjadi imam selama masih ada laki-laki yang mampu untuk menjadi imam. Jika seorang wanita menjadi imam bagi laki-laki maka sholat itu menjadi tidak sah. Lalu, bukankah pemimpin itu sama halnya dengan imam?
Banyak hal yang mewajibkan laki-laki untuk lebih bertanggungjawab, memimpin ataupun menjadikan dirinya lebih utama di bandingkan wanita seperti yang telah dijelaskan di atas ditambah lagi menjadi kepala keluarga, ataupun dalam hal pembagian harta warisan, laki-laki lebih banyak mendapatkan jatah dari wanita dan beberapa hal lainnya.
Lalu di mana peran wanita??? Ada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa ”sebuah negara akan maju jika wanitanya memiliki moral yang baik” disinilah wanita menjadi sangat berperan. Jika wanita-wanita di sebuah negara memiliki moral dan berakhlakul karimah maka yang di hasilkan adalah generasi-generasi pemimpin yang tangguh dan mampu mengemban amanah dengan penuh tanggung jawab.
Wanita jauh lebih berperan ketika ia berada di belakang layar ketimbang dia harus terjun secara langsung menjadi politikus ataupun pemimpin-pemimpin yang notabenenya diemban oleh laki-laki. Semua kehidupan kita sudah allah atur sesuai kadar dan kemampuan hambanya dan allah jabarkan secara panjang lebar melalui kitabnya ataupun perantaranya, seorang pemimpin yang patut di contoh dan di jadikan qudwah untuk umat manusia sampai akhir zaman. Tinggal bagaimana manusia itu sendiri, mau mematuhiNYA ataupun mendurhakai segala aturan-aturan yang telah di tetapkan-Nya.
WALLAHUALAM BISAWAB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar